View cart “EPISTEMOLOGI TAUJĪH AL-QIRĀ’ĀT” has been added to your cart.
Showing 1–9 of 42 results
-

Buku ini membahas mengenai pendapat ulama tafsir kontemporer dalam menafsirkan ayat-ayat seruan qitȃl dalam Al-Qur`an. Adanya penafsiran tersebut sebagai respon atas sikap kaum musyrikin Makkah terhadap kaum muslimin yang seringkali mendapatkan intimidasi, ancaman bahkan siksaan. Mereka sepakat bahwa perang dalam Islam bersifat “defensif”. Umat Islam tidak diizinkan berperang selama dalam situasi damai. Sehingga segala bentuk terorisme dan radikalisme yang mengatasnamakan agama tidak dapat dibenarkan.
Secara parsial, terdapat ayat yang menyerukan “perang” terhadap non-Muslim. Ayat tersebut oleh golongan radikal dijadikan landasan untuk melakukan aksi-aksi anarkisme dan kekerasan terhadap non-Muslim. Sehingga para mufassir kontemporer sangat kontra terhadap ekstrimisme dalam memahami ayat-ayat qitȃl. Jika memang sudah tidak ada jalan lain untuk menumpas penindasan dan mewujudkan keadilan, maka perang merupakan opsi paling terakhir. Oleh karena itu, memahami ayat Al-Qur’an dengan mengetahui sisi historisnya sangat dibutuhkan sebagai upaya deradikalisasi di Indonesia saat ini.
-

Abu Hayyan al-Andalusi adalah seorang mufasir dengan karyanya yang fenomenal, yakni Tafsîr Al-Bahr Al-Muhîth. Banyak hal yang perlu dikaji dari sosok Abu Hayyan yang memiliki independensi dalam melakukan penafsiran. Abu Hayyan dengan tegas menerima qira’at syâdzdzah ketika menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, termasuk terhadap ayat-ayat hukum. Hal ini sangat dimungkinkan turut mempengaruhi corak penafsiran Abu Hayyan. Bahkan, ulama berbeda pendapat, apakah Abu Hayyan pengikut Madzhab Maliki, Syafi’i, atau Zhahiri?
Dalam buku ini akan dibahas Bagaimana metode istinbat yang ditempuh Abu Hayyan dalam menafsirkan ayat-ayat ahkam. Pun juga corak pemikiran fiqih Abu Hayyan dalam Tafsîr al-Bahr al-Muhîth. Buku ini hadir, harapannya, dapat menambah wawasan keilmuan masyarakat dan menambah spirit dan semangat untuk mengkaji literatur warisan ulama. Demi melestarikan perkembangan tafsir di masa depan. Semoga bermanfaat, selamat membaca!
-

Manusia merupakan makhluk sosial. Berinteraksi dengan orang lain dan saling membutuhkan satu sama lain. Kehadiran orang lain dalam hidup membuat manusia semakin sadar bahwa dirinya membutuhkan orang lain. Inilah mengapa orang selalu hidup dalam kelompok sosial tertentu dan dapat belajar nilai-nilai kehidupan.
Buku “Dimensi Sosial Al-Qur’an” membahas tentang penafsiran dimensi ayat-ayat sosial yang terdapat di dalam Kitab al-Ḫayâh fî Al-Qur’ân al-Karîm karya Ahzami Samiun Jazuli. Di samping itu, penulis juga menyajikan beberapa pembahasan ragam dimensi sosial seperti dimensi sosial agama, politik, hukum, sejarah, pendidikan dan budaya.
Buku ini akan mengajak Anda untuk memahami tujuan hidup, baik secara individu maupun kolektif dalam segala aspek kehidupan. Melalui tugas-tugas yang harus dilakukan secara optimal dan benar-benar direalisasikan keberadaannya dalam kehidupan. Selanjutnya, simaklah penjelasan detailnya dalam buku ini. Semoga bermanfaat dan selamat membaca!
-
Sale!

Rp 100.000 Rp 80.000
Buku ini menyuguhkan kajian komparatif yang mendalam mengenai praktik talaqqi dalam ilmu qira’at Al-Qur’an di dua wilayah dengan tradisi keislaman yang khas: Indonesia dan Suriah. Talaqqi, sebagai metode pembelajaran langsung dari guru kepada murid dengan rantai transmisi (sanad) yang tersambung hingga Rasulullah SAW, merupakan pilar penting dalam menjaga keaslian bacaan Al-Qur’an.
Melalui literatur otoritatif, buku ini menyoroti direktif yang melandasi talaqqi di kedua negara—mulai dari sanad guru, standar hafalan dan bacaan, hingga sistem pengesahan sanad.
Karya ini menjadi kontribusi penting dalam khazanah studi qira’at dan pendidikan Al-Qur’an. Ia tidak hanya menawarkan wawasan perbandingan, tetapi juga mendorong pembaca untuk merefleksikan urgensi pelestarian metode talaqqi di tengah perubahan zaman. Sangat relevan bagi akademisi, praktisi pendidikan Islam, serta siapa saja yang peduli pada transmisi ilmu-ilmu Al-Qur’an secara otentik dan berkelanjutan.
-

Tak jarang, kajian mengenai rasm dan qirâ`ât dinilai sebagai bidang keilmuan yang sagnan dan sudah final. Namun bukan berarti penelitian mengenai Al-Qur`an berhenti, bahkan kini kajian mengenai Al-Qur`an banyak diminati revisionis Barat. Sejarah rasm dan qirâ`ât yang memiliki banyak “kejanggalan” bagi revisionis membuat mereka mempertanyakan Al-Qur`an sebelum Al-Qur`an. Atau dengan kata lain, Al-Qur`an sebelum dikodifikasi pada masa Khalifah Utsman ibn Affan.
Buku ini mengupas sejarah mengenai penulisan Al-Qur`an dari awal ditulis, penulisan Rasm Utsmani, hingga penulisan pasca Utsmani dan sejarah qirâ`ât sejak masa Rasulullah hingga masa sekarang. Buku ini juga mendedah pandangan revisionis yang bertolak belakang dengan pandangan mayoritas ulama muslim dari segi rasm dan qirâ`ât, hingga diskusi mengenai gagasan Al-Qur`an Edisi Kritis (QEK) yang diupayakan revisionis untuk merevisi Kitab Suci umat muslim saat ini. Apakah Al-Qur`an Edisi Kritis (QEK) merupakan wacana yang relevan dengan masa kini?
-

Rp 100.000
Buku ini mengajak pembaca memahami sunnatullah dengan sudut pandang yang lebih luas dan menyeluruh. Selama ini, sunnatullah sering dipahami sebatas hukum sebab-akibat yang berlaku tetap dalam kehidupan, padahal Al-Qur’an juga menyingkap adanya sunnatullah khariqah berupa mukjizat, karamah, ma’unah, ihânah, dan istidrâj. Dengan pendekatan relasional yang melibatkan pancaindra, akal, intuisi, dan wahyu, buku ini menegaskan bahwa sunnatullah hadir dalam dua corak: kepastian dan kemungkinan, yang sama-sama menyimpan hikmah.
Isi buku tidak berhenti pada teori, tetapi menyajikan langkah-langkah praktis untuk memahami petunjuk Al-Qur’an secara tematis. Setiap surat, juz, atau tema tertentu dapat dipetakan, dikelompokkan, lalu ditafsirkan dengan dukungan berbagai disiplin ilmu. Proses ini membantu pembaca menemukan benang merah antara ayat-ayat Al-Qur’an dengan realitas kehidupan dan perkembangan pengetahuan modern, sehingga pesan-pesan ilahi terasa lebih dekat dan aplikatif.
Buku ini menjadi jembatan antara warisan tafsir klasik dengan kebutuhan pemikiran kontemporer. Ia menawarkan pandangan baru tentang bagaimana sunnatullah bekerja dalam kehidupan manusia dan alam semesta, serta menghadirkan Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi yang relevan sepanjang zaman. Untuk bahasan selanjutnya, milikilah buku ini. Semoga bermanfaat, dan selamat membaca!
-

Rp 100.000
Buku Epistemologi Taujih al-Qirā’āt mengungkap sisi lain dari tafsir Marāḥ Labīd karya Syekh Nawawi al-Bantani, ulama besar Nusantara abad XIX. Tafsir ini tidak hanya menampilkan qirā’āt sab‘ah dan ‘asyrah yang sudah populer, tetapi juga menghidupkan kembali qirā’āt tsamāniyyah yang hampir terlupakan dalam arus besar sejarah qirā’āt.
Dengan pendekatan yang menyeluruh, Syekh Nawawi memadukan analisis linguistik, semantik, performansi, historis, dan ortografi. Kerangka ini menjadikan taujīh al-qirā’āt dalam Marāḥ Labīd lebih komprehensif dibanding karya-karya sebelumnya, sekaligus memperlihatkan keluasan pengetahuan serta kepekaan intelektualnya terhadap keragaman bacaan Al-Qur’an.
Buku ini tidak hanya menegaskan kontribusi Syekh Nawawi dalam menjaga khazanah qirā’āt, tetapi juga menunjukkan bagaimana tradisi ilmu Qur’ani tetap hidup di tangan ulama Nusantara. Marāḥ Labīd hadir sebagai jembatan antara tradisi klasik dan kebutuhan intelektual modern, menjadikannya pilar penting dalam pelestarian dan pengembangan ilmu qirā’āt.
-

Rp 80.000
Buku ini mengangkat sebuah gagasan mendasar namun sering terabaikan: membangun masyarakat dimulai dari pembinaan individu. Terinspirasi dari pemikiran brilian Ibnu ‘Āsyūr—ulama dan pemikir abad ke-20—konsep Iṣlāḥ al-Afrād (reformasi dan pembinaan pribadi) dipaparkan sebagai fondasi kokoh bagi terciptanya tatanan sosial yang adil, harmonis, dan berkelanjutan.
Ibnu ‘Āsyūr menegaskan, kekuatan masyarakat tidak lahir dari kebijakan struktural semata, tetapi dari pribadi-pribadi yang bertanggung jawab, dan berpegang pada nilai etika serta spiritual. Melalui perpaduan kajian Al-Qur’an dan pembacaan kritis terhadap realitas sosial, buku ini menawarkan analisis yang tajam sekaligus aplikatif.
Lebih dari sekadar teori, karya ini mengajak pembaca menjadi agen perubahan—dimulai dari diri sendiri—untuk membangun keluarga, komunitas, dan bangsa yang lebih berkeadilan dan sejahtera.
-

Suatu fenomena alih asuh anak kepada kakek-neneknya atau grandparenting, sudah tidak asing di masyarakat. Orang tua yang sibuk bekerja memutuskan untuk mengalihkan pengasuhan anaknya kepada grandparent. Di mana mereka adalah seorang lansia yang mengalami beberapa penurunan meliputi kondisi fisik dan non fisik yang terjadi secara alamiah. Grandparent tidak selincah bagaimana orang tua mengasuh anaknya, terlebih jika yang diasuh adalah anak-anak balita yang sedang mengalami masa aktif. Hal demikian tentu membebani grandparent dan berseberangan dengan ajaran Islam yang memerintahkan Umatnya untuk berbakti kepada orang tua (birrul walidain).
Buku ini akan mengupas fenomena grandparenting dalam pandangan Al-Qur’an. Pun juga akan dibahasa parameter dan hukum grandparenting. Apakah Islam membolehkan? Sejauh mana batasan kebolehannya? Demi terwujudnya masyarakat yang baik dan berakhlak mulia. Semangat dalam melaksanakan tanggung jawab dan memaksimalkan pengabdian. Semoga bermanfaat, selamat membaca!