Showing 1–9 of 35 results
-

Buku ini membahas mengenai pendapat ulama tafsir kontemporer dalam menafsirkan ayat-ayat seruan qitȃl dalam Al-Qur`an. Adanya penafsiran tersebut sebagai respon atas sikap kaum musyrikin Makkah terhadap kaum muslimin yang seringkali mendapatkan intimidasi, ancaman bahkan siksaan. Mereka sepakat bahwa perang dalam Islam bersifat “defensif”. Umat Islam tidak diizinkan berperang selama dalam situasi damai. Sehingga segala bentuk terorisme dan radikalisme yang mengatasnamakan agama tidak dapat dibenarkan.
Secara parsial, terdapat ayat yang menyerukan “perang” terhadap non-Muslim. Ayat tersebut oleh golongan radikal dijadikan landasan untuk melakukan aksi-aksi anarkisme dan kekerasan terhadap non-Muslim. Sehingga para mufassir kontemporer sangat kontra terhadap ekstrimisme dalam memahami ayat-ayat qitȃl. Jika memang sudah tidak ada jalan lain untuk menumpas penindasan dan mewujudkan keadilan, maka perang merupakan opsi paling terakhir. Oleh karena itu, memahami ayat Al-Qur’an dengan mengetahui sisi historisnya sangat dibutuhkan sebagai upaya deradikalisasi di Indonesia saat ini.
-

Abu Hayyan al-Andalusi adalah seorang mufasir dengan karyanya yang fenomenal, yakni Tafsîr Al-Bahr Al-Muhîth. Banyak hal yang perlu dikaji dari sosok Abu Hayyan yang memiliki independensi dalam melakukan penafsiran. Abu Hayyan dengan tegas menerima qira’at syâdzdzah ketika menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, termasuk terhadap ayat-ayat hukum. Hal ini sangat dimungkinkan turut mempengaruhi corak penafsiran Abu Hayyan. Bahkan, ulama berbeda pendapat, apakah Abu Hayyan pengikut Madzhab Maliki, Syafi’i, atau Zhahiri?
Dalam buku ini akan dibahas Bagaimana metode istinbat yang ditempuh Abu Hayyan dalam menafsirkan ayat-ayat ahkam. Pun juga corak pemikiran fiqih Abu Hayyan dalam Tafsîr al-Bahr al-Muhîth. Buku ini hadir, harapannya, dapat menambah wawasan keilmuan masyarakat dan menambah spirit dan semangat untuk mengkaji literatur warisan ulama. Demi melestarikan perkembangan tafsir di masa depan. Semoga bermanfaat, selamat membaca!
-

Manusia merupakan makhluk sosial. Berinteraksi dengan orang lain dan saling membutuhkan satu sama lain. Kehadiran orang lain dalam hidup membuat manusia semakin sadar bahwa dirinya membutuhkan orang lain. Inilah mengapa orang selalu hidup dalam kelompok sosial tertentu dan dapat belajar nilai-nilai kehidupan.
Buku “Dimensi Sosial Al-Qur’an” membahas tentang penafsiran dimensi ayat-ayat sosial yang terdapat di dalam Kitab al-Ḫayâh fî Al-Qur’ân al-Karîm karya Ahzami Samiun Jazuli. Di samping itu, penulis juga menyajikan beberapa pembahasan ragam dimensi sosial seperti dimensi sosial agama, politik, hukum, sejarah, pendidikan dan budaya.
Buku ini akan mengajak Anda untuk memahami tujuan hidup, baik secara individu maupun kolektif dalam segala aspek kehidupan. Melalui tugas-tugas yang harus dilakukan secara optimal dan benar-benar direalisasikan keberadaannya dalam kehidupan. Selanjutnya, simaklah penjelasan detailnya dalam buku ini. Semoga bermanfaat dan selamat membaca!
-

Tak jarang, kajian mengenai rasm dan qirâ`ât dinilai sebagai bidang keilmuan yang sagnan dan sudah final. Namun bukan berarti penelitian mengenai Al-Qur`an berhenti, bahkan kini kajian mengenai Al-Qur`an banyak diminati revisionis Barat. Sejarah rasm dan qirâ`ât yang memiliki banyak “kejanggalan” bagi revisionis membuat mereka mempertanyakan Al-Qur`an sebelum Al-Qur`an. Atau dengan kata lain, Al-Qur`an sebelum dikodifikasi pada masa Khalifah Utsman ibn Affan.
Buku ini mengupas sejarah mengenai penulisan Al-Qur`an dari awal ditulis, penulisan Rasm Utsmani, hingga penulisan pasca Utsmani dan sejarah qirâ`ât sejak masa Rasulullah hingga masa sekarang. Buku ini juga mendedah pandangan revisionis yang bertolak belakang dengan pandangan mayoritas ulama muslim dari segi rasm dan qirâ`ât, hingga diskusi mengenai gagasan Al-Qur`an Edisi Kritis (QEK) yang diupayakan revisionis untuk merevisi Kitab Suci umat muslim saat ini. Apakah Al-Qur`an Edisi Kritis (QEK) merupakan wacana yang relevan dengan masa kini?
-

Suatu fenomena alih asuh anak kepada kakek-neneknya atau grandparenting, sudah tidak asing di masyarakat. Orang tua yang sibuk bekerja memutuskan untuk mengalihkan pengasuhan anaknya kepada grandparent. Di mana mereka adalah seorang lansia yang mengalami beberapa penurunan meliputi kondisi fisik dan non fisik yang terjadi secara alamiah. Grandparent tidak selincah bagaimana orang tua mengasuh anaknya, terlebih jika yang diasuh adalah anak-anak balita yang sedang mengalami masa aktif. Hal demikian tentu membebani grandparent dan berseberangan dengan ajaran Islam yang memerintahkan Umatnya untuk berbakti kepada orang tua (birrul walidain).
Buku ini akan mengupas fenomena grandparenting dalam pandangan Al-Qur’an. Pun juga akan dibahasa parameter dan hukum grandparenting. Apakah Islam membolehkan? Sejauh mana batasan kebolehannya? Demi terwujudnya masyarakat yang baik dan berakhlak mulia. Semangat dalam melaksanakan tanggung jawab dan memaksimalkan pengabdian. Semoga bermanfaat, selamat membaca!
-
Sale!

Rp 100.000 Rp 70.000
Gifted children atau anak berkebutuhan istimewa memiliki karakter intelektual dan emosional yang berbeda dengan anak lain pada umumnya. Dalam pengasuhannya membutuhkan penanganan khusus agar potensi dan keberbakatannya bisa dikembangkan secara optimal. Buku ini menjelaskan gifted children dan pola asuh pendidikannya perspektif Al-Qur`an yang dikuatkan dengan penjelasan tafsir Ibnu Kaşīr dan tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka dengan menggunakan pendekatan psikologi dan sosiologi.
Buku ini menjelaskan bahwa pola pengasuhan gifted children sesuai dengan perspektif Al-Qur`an adalah dengan besikap lemah lembut, selalu memaafkan, mendoakan dan musyawarah serta tawakkal. Cara-cara mengasuh anak gifted yang terdapat dalam Q.S Ali Imran ayat 159 ini sesuai dengan pola pengasuhan demokratis dalam teori psikologi.
Semoga bermanfaat dan selamat membaca!
-

Di Indonesia nagham menjadi salah satu cabang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) paling diminati dibandingkan dengan cabang-cabang lainnya. Hal ini dilihat dari jumlah peserta yang senantiasa meningkat dari tahun ke tahun, mulai dari tingkat anak-anak hingga dewasa.
Buku ini hadir membahas tentang seni dalam membaca Al-Qur’an (nagham) dengan irama yang indah dan benar. Pembaca akan diajak untuk mengenal nama-nama nada beserta tausyikhnya. Nada-nada tersebut dikenal dengan ‘maqamat’. Terdapat beberapa maqamat yang akan dibahas di buku ini, seperti: Bayyati, Hijaz, Rast, Shika, dll.
Dalam buku ini tidak hanya membubuhkan penguasaan teori maqamat melainkan, juga menampilkan ayat di setiap maqamnya. Jadi, cocok sekali apabila buku ini sampai kepada khalayak yang memiliki minat terhadap seni Al-Qur’an melalui tilawah (nagham). Simaklah penjelasan detailnya dalam buku ini dan selamat membaca!
-

Buku ini merupakan hasil racikan dan intisari dari beberapa kitab qira’at, seperti Al-Wafi fi Syarh asy-Syathibiyyah, Taqrib al-Ma’ani. dan kitab-kitab qira’at lainnya. Dengan penjelasan kaidah-kaidah dalam Ilmu Qira’at yang menggunakan matrik diharapkan pembaca dapat memehaminya dengan mudah, sehingga kesan bahwa Ilmu Qira’at itu sulit, menjadi sirna.
-
