Showing 19–27 of 68 results

  • Tuntunan Praktis Plus Surah Al-Baqarah s/d Surah Ali Imran Qiraat Nafi’ Riwayat Qalun

  • Tuntunan Praktis 99 Maqra’ Qira’at Plus Mujawwad & Murattal Riwayat Al-Bazziy & Qunbul

  • Tuntunan Praktis 101 Maqra’ Qira’at Mujawwad & Riwayat Ad-Duriy & As-Susiy Jilid 1

  • Tuntunan Praktis 101 Maqra’ Qira’at Mujawwad & Riwayat Ad-Duriy & As-Susiy 2 Jilid

  • Tuntunan Praktis 100 Maqra’ Qira’at Mujawwad Riwayat Qalun, Warsy, Khalaf & Qira’at Sab’ah

  • Implementasi Pendidikan Komunikasi Islam

    Komunikasi sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup manusia baik sebagai hamba maupun anggota masyarakat. Komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan yang menganut nilai-nilai Islam dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Pemberian pendidikan mengenai komunikasi Islam kepada peserta didik merupakan suatu upaya dalam menjadikan peserta didik menjalin hubungan baik dengan dirinya sendiri, sesama dan Sang Pencipta.

    Dilihat dari prosesnya yang tidak hanya menempatkan bahasa Arab dan bahasa Inggris menjadi mahkota pesantren, namun di samping itu memperhatikan etika-etika ketika berkomunikasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Pesantren menyediakan berbagai kegiatan ataupun program demi membentuk kesantunan berbahasa santri/watinya. Pesantren menyediakan program seperti Mufradat, Muhaddatsah, Muhadharah, pemberian nasihat secara rutin setiap selesai shalat Subuh dan Maghrib dan sebagainya. Hasilnya ialah dengan adanya program-program serta pendisiplinan yang merupakan suatu bentuk kebijaksanaan pesantren kepada santri/watinya secara bertahap mengubah tata bahasa mereka atau tutur kata mereka ke arah yang lebih baik, bukan hanya kosa-kata saja yang bertambah, lebih dari itu, percakapan sehari-hari dengan memperhatikan etika atau adab berbicara yang diajarkan oleh pesantren juga diterapkan dengan baik. Faktor yang menghambat seperti adanya pengaruh pergaulan, latar belakang, dan efek liburan.

  • Ayat-ayat Qitâl dalam Perspektif Tafsir Kontemporer

    Buku ini membahas mengenai pendapat ulama tafsir kontemporer dalam  menafsirkan ayat-ayat seruan qitȃl dalam Al-Qur`an. Adanya penafsiran tersebut   sebagai respon atas sikap kaum musyrikin Makkah terhadap kaum muslimin yang seringkali mendapatkan intimidasi, ancaman bahkan siksaan. Mereka sepakat bahwa perang dalam Islam bersifat “defensif”. Umat Islam tidak diizinkan berperang selama dalam situasi damai. Sehingga segala bentuk terorisme dan radikalisme yang mengatasnamakan agama tidak dapat dibenarkan.

    Secara parsial, terdapat ayat yang menyerukan “perang” terhadap non-Muslim. Ayat tersebut oleh golongan radikal dijadikan landasan untuk melakukan aksi-aksi anarkisme dan kekerasan terhadap non-Muslim. Sehingga para mufassir kontemporer sangat kontra terhadap ekstrimisme dalam memahami ayat-ayat qitȃl. Jika memang sudah tidak ada jalan lain untuk menumpas penindasan dan mewujudkan keadilan, maka perang merupakan opsi paling terakhir. Oleh karena itu, memahami ayat Al-Qur’an dengan mengetahui sisi historisnya sangat dibutuhkan sebagai upaya deradikalisasi di Indonesia saat ini.

  • Peran Kecerdasan Adversitas dan Kemandirian Mahasiswi Melalui Kegiatan Ubudiah di Pesantren Takhassus “IIQ” Jakarta

    Buku ini menjelaskan tentang peran kecerdasan adversitas dan kemandirian mahasiswi melalui kegiatan ubudiah. Penulis menjelaskan bahwa peran kecerdasan adversitas dan kemandirian melalui kegiatan ubudiyah memiliki pengaruh penting terhadap mahasiswi di Pesantren Takhassus “IIQ” Jakarta.

    Kecerdasan adversitas melalui kegiatan ubudiah berperan mengembalikan semangat mahasiswi berpegang teguh pada prinsip-prinsip yang telah dimilikinya dan tidak terpengaruh oleh orang lain. Membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, memperkuat mental dalam menghadapi kesulitan, mengajarkan untuk bersabar, tawakkal dan ikhlas atas segala kesulitan, serta permasalahan dalam melaksanakan kewajibannya.

    Sedangkan kemandirian, memiliki pengaruh terhadap kemampuan mahasiswi dalam meningkatkan kedisiplinan, menumbuhkan kepercayaan dan kemampuan dirinya, meningkatkan rasa bertanggung jawab atas dirinya dan tugasnya untuk mengikuti kegiatan ubudiah, membantu mengontrol dirinya, serta memberikan pelajaran agar tidak bergantung kepada orang lain.

  • SERIAL BUKU MODERASI BERAGAMA; Mengenali Praktik Baik Ta’lim Al Qur’an

    Buku ini terdiri dari lima (5) bagian. Bagian pertama adalah Iftitah, berisi pendahuluan, yang mengulas konteks atau latar belakang lahirnya buku, maksud dan tujuan, serta target sasaran buku. Bagian kedua, mengulas terkait “adab terhadap al-Qur’an”; mulai dari pengertian, pentingnya adab, adab menyentuh dan membawa al-Qur’an, adab membaca al-Qur’an, serta adab menaruh dan meletakkan al-Qur’an. Bagian ketiga, berisi tentang “sanad guru ngaji”; yang akan disajikan pembahasan mengenai definisi sanad, pentingnya sanad, sejarah lahirnya lembaga pendidikan beserta guru ngaji al-Qur’an, hingga kisah dan tips para guru ngaji dalam belajar dan menghafal al-Qur’an. Bab keempat, berisi tentang “kidung pelestarian al-Qur’an”; yang menghadirkan dimensi kearifan lokal terkait tradisi masyarakat dan menghidupkan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari (living Qur’an). Pada bagian inilah diangkat kembali berbagai praktik pelestarian al-Qur’an di tengah masyarakat. Seperti penyampaian pesan penting al-Qur’an melalui pujian, atau kidung, atau syair-syair lokal. Bagian kelima, sebagai bagian akhir dari buku ini berisi tentang pengalaman dan praktik belajar al-Qur’an di daerah tertentu. Sebagai sebuah contoh refeleksi terkait rasa dan suasana belajar al-Qur’an.